ana

 
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Other things
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.
Saturday, October 22, 2005
Sudah Sempurnakah Puasa Kita?
Oleh: Ibnoe Dzulhadi
21/10/2005 08:50 WIB
Image hosted by Photobucket.com

eramuslim - Puasa yang diwajibkan kepada orang-orang beriman merupakan jembatan untuk memperoleh takwa (Qs. Al-Baqarah: 183). Takwa inilah target yang harus dicapai oleh setiap orang yang beriman, yang melakukan ibadah puasa. Tentu saja, memperoleh derajat takwa tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena ada kode etik yang harus dilakukan, dan (tentunya) tidak boleh dilanggar. Kode etik itu adalah 'esensi puasa' itu sendiri.

Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan kode etik ini dalam Hadits beliau, "Puasa itu bukan hanya tidak makan dan tidak minum saja, namun (yang disebut puasa itu) menghindarkan diri dari perbuatan yang sia-sia dan perkatan kotor (cabul)" (Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban: 5/198 dan Ibnu Khuzaimah: 3/242).

Jelas bahwa puasa itu bukan hanya menahan diri dari lapar, dahaga dan menghindari seks di siang hari. Inilah adalah puasa 'perut' dan 'kemaluan', yang biasa disebut oleh para ulama dengan puasanya orang awam (orang kebanyakan). Karena hal demikian dapat dilakukan oleh siapapun. Esensi puasa adalah pengendalian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa puasa itu sejatinya adalah training of self control. Sehingga, puasa yang dilakukan dapat menjadi semacam controller atas segala tindak-tanduk sang hamba. Jika tidak, maka puasanya hanya akan menghasilkan lapar dan dahaga belaka. Hal ini paralel dengan Hadits Nabi SAW, "Bisa jadi orang yang berpuasa itu tidak memperoleh apa-apa dari puasanya selain rasa lapar dah dahaga saja." (HR Ibnu Majah). Puasa seperti ini hanya sekedar 'menggugurkan' kewajiban, tidak lebih.

Oleh karena itu, Nabi SAW mengajarkan agar setiap Mukmin (yang sedang berpuasa) untuk 'memuasakan' organ tubuh lainnya, seperti mata, telinga, tangan, kaki dan mata. Nabi SAW menyatakan, "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta (bohong) dan benar-benar melakukannya, maka Allah tidak butuh kepada usahanya dalam meninggalkan makan dan minumnya." (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari: 4/116). Seorang Mukmin yang 'memuasakan' anggota tubuhnya, maka matanya tidak digunakan untuk melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah; telinga tidak dipakai untuk mendengarkan perkataan yang tidak benar (munkar); tangan tidak dijadikan untuk mengambil barang yang bukan haknya (miliknya); dan kaki tidak berjalan ke tempat maksiat. Seorang wanita Muslimah yang sedang 'memuasakan' anggota tubuhnya, ia dengan ikhlas akan menutup rambutnya agar tidak dilihat oleh orang lain. Dengan demikian ia tidak memberikan peluang kepada orang lain (laki-laki) untuk berpikiran kotor dan melakukan perbuatan yang haram. Selain puasa organ tubuh, lebih sempurna lagi jika hati juga dipuasakan. Sehingga ia tidak memiliki niat yang kotor, yang dapat merusak segala amalan yang telah diusahakan oleh anggota badan.

Seorang yang bepuasa dengan sempurna, mengetahui batasan-batasan dan kode etik yang digariskan oleh agama, hasilnya akan baik dan sempurna pula. Dalam hal ini, Nabi SAW menyatakan, "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, mengetahui batasan-batasannya dan memelihara (menjaga) apa yang seharusnya dia jaga, maka (puasanya itu) akan menghapuskan kesalahan (dosa) yang sebelumnya." (Dikeluarkan oleh Imam Ahmad: 3/55 dan Abu Ya`la: 2/322).

Hadits di atas secara gamblang menjelaskan bahwa puasa itu memiliki batasan-batasan alias aturan-aturan dan syarat-syarat. Jika aturan dan syarat tersebut dilaksanakan, maka akan menghasilkan buah yang diinginkan. Dengan demikian, tidak semua yang 'berpuasa' itu 'berpuasa'. Tidak seluruh orang yang 'tidak makan', 'tidak minum' dan 'meninggalkan' hubungan intim dikatakan berpuasa. Karena belum tentu aturan dan syarat puasanya dikerjakan.

Sangat menarik apa yang dikatakan oleh seorang Sahabat Nabi SAW, Jabir ibn Abdullah, "Jika engkau berpuasa, hendaklah pendengaranmu berpuasa, penglihatanmu berpuasa, lisanmu berpuasa dari berkata dusta dan perbuatan dosa dan janganlah engkau menyakiti pembantu. Hendaklah hari-hari puasamu itu hari ketenangan hati dan ketentraman (jiwa) dan jangan engkau jadikan hari (dimana) engkau berbuka (tidak berpuasa) sama saat engkau sedang melakukan puasa."

Sungguh, seandainya setiap Mukmin tahu bahwa puasa itu bukan untuk berlapar-lapar, merasakan dahaga dan menahan kemaluan saja, niscaya puasanya akan semakin baik dan sempurna. Karena puasa diwajibkan bukan untuk itu. Puasa diperintahkan harus dihiasi dengan aturan dan syarat-syarat yang ada. Jika tidak, hari puasa akan sama dengan hari berbuka (tidak puasa). Kalau demikian realitasnya, maka benarlah yang dikatakan oleh Nabi SAW, "Boleh jadi orang yang berpuasa, hanya merasakan lapar saja, dan orang yang Qiyamullail hanya merasakan bergadang (tidak tidur semalaman)." (Dikeluarkan oleh Hakim: 1/431. Ia menyatakan bahwa Hadits ini Shahîh berdasarkan syarat Imam Bukhari. Dan dikeluarkan oleh Ibnu Hibban: 8/258).

Oleh karenanya, setiap Mukmin harus senantiasa hati-hati dengan setiap ibadah yang dilakukannya. Apalagi puasa. Karena puasa khusus milik Allah. Jadi, puasa harus benar-benar diniatkan untuk Allah semata.

Imam Bukhari di dalam Shahih-nya, bab Tawhid (juz 9: 143) mengeluarkan sebuah Hadits Qudsi yang berbunyi, "Abu Nu'aim menceritakan kepada kami, "al-A'masy menceritakan kepada kami dari Abu Shalih dari Abu Hurairah ra. –dari Nabi SAW—beliau bersabda, "Allah SWT berkata, "Puasa adalah untuk-Ku dan aku (pula) yang akan mengganjarnya. (Orang yang berpuasa itu) ia meninggalkan syahwatnya, makannya dan minumnya karena Aku…"

Semoga puasa yang kita lakukan ini benar-benar kita persembahkan kepada Allah. Sehingga, dengan puasa ini kita benar-benar diakui sebagai hamba-Nya yang bertakwa (muttaqun). Wallahu a'lamu bi as-shawab!

Kairo, 8 Oktober 2005


IbnoeDzulhadi@hotmail.com website: www.eramuslim.com / http://www.eramuslim.com/ar/oa/5a/21598,1,v.html
posted by Mutmainnah @ 5:13 PM   0 comments
Org asing
Thursday, October 13, 2005



~ORANG ASING~


Orang yang asing itu, bukan orang asing yang datang dari Syam ataupun Yaman

Tapi yang asing itu adalah 'liang lahat' dan 'kain kafan'

Orang yang asing itu punya hak atas kererasingannya

Atas mereka yang tinggal di negeri-negeri dan rumah


Janganlah menghardik orang asing di tengah keterasingannya

Zaman menghardiknya dengan kehinaan dan berbagai macam ujian


Perjalananku jauh sementara bekalku belum cukup

Kekuatanku semakin melemah, sementara maut senantiasa mencariku

Dan aku masih memiliki sisa-sisa dosaku yang tidak aku ketahui

Allah lah yang mengetahui dosa-dosa, yang tersembunyi dan yang nyata



Alangkah bijaksananya Allah terhadapku, sedangkan aku menyia-nyiakan diriku sendiri

Aku terus-menerus berbuat dosa, sementara Dia senantiasa menutupi (dosa-dosa)ku

Aku sugguh-sungguh telah menutup pintu agar bebas berbuat maksiat

Padahal mata Allah melihatku


Ketergelinciran yang kucatat dalam kelalaian telah pergi

Alangkah meruginya! Seandainya ia kekal dalam hati, pasti akan membakarku

posted by Mutmainnah @ 5:14 AM   0 comments
Solat 2 rakaat...
Saturday, October 08, 2005
Solat 2 rakaat...
Diriwayatkan bahawa Rasulullah SAW telah
bersabda yang bermaksud:
Setelah Allah SWT selesai menciptakan Jibrail as
dengan bentuk yang
cantik, dan Allah menciptakan pula baginya 600
sayap yang panjang ,
sayap itu antara timur dan barat (ada pendapat lain
menyatakan 124,
000
sayap). Setelah itu Jibrail as memandang dirinya
sendiri dan berkata:
"Wahai Tuhanku, adakah engkau menciptakan
makhluk yang lebih baik
daripada aku?." Lalu Allah berfirman yang
bermaksud.. "Tidak"

Kemudian Jibrail as berdiri serta solat dua rakaat
kerana syukur
kepada
Allah swt. dan tiap-tiap rakaat itu lamanya 20,000
tahun.

Setelah selesai Jibrail as solat, maka Allah SWT
berfirman yang
bermaksud. "Wahai Jibrail, kamu telah
menyembah aku dengan ibadah
yang
bersungguh-sungguh, dan tidak ada seorang pun
yang menyembah kepadaku
seperti ibadat kamu, akan tetapi di akhir zaman
nanti akan datang
seorang nabi yang mulia yang paling aku cintai,
namanya 'Muhammad.'
Dia
mempunyai umat yang lemah dan sentiasa
berdosa, sekiranya mereka itu
mengerjakan solat dua rakaat yang hanya
sebentar sahaja, dan mereka
dalam keadaan lupa serta serba kurang, fikiran
mereka melayang
bermacam-macam dan dosa mereka pun besar
juga. Maka demi kemuliaannKu
dan ketinggianKu, sesungguhnya solat mereka itu
aku lebih sukai dari
solatmu itu. Kerana mereka mengerjakan solat
atas perintahKu,
sedangkan
kamu mengerjakan solat bukan atas perintahKu."

Kemudian Jibrail as berkata: "Ya Tuhanku, apakah
yang Engkau
hadiahkan
kepada mereka sebagai imbalan ibadat mereka?"

Lalu Allah berfirman yang bermaksud. "Ya Jibrail,
akan Aku berikan
syurga Ma'waa sebagai tempat tinggal..."
Kemudian JIbrail as meminta
izin keada Allah untuk melihat syura Ma'waa.
Setelah Jibrail as
mendapat

izin dari Allah SWT maka pergilah Jibrail as
dengan mengembangkan
sayapnya dan terbang, setiap dia
mengembangkan dua sayapnya dia boleh
menempuh jarak perjalana 3000 tahun, terbanglah
malaikat jibrail as
selama 300 tahun sehingga ia merasa letih dan
lemah dan akhirnya dia
turun singgah berteduh di bawah bayangan sebuah
pohon dan dia sujud
kepada Allah SWT lalu ia berkata dalam
sujud: "Ya Tuhanku apakah
sudah
aku menempuh jarak perjalanan setengahnya,
atau sepertiganya, atau
seperempatnya?"

Kemudian Allah swt berfirman yang
bermaksud. "Wahai JIbrail, kalau
kamu
dapat terbang selama 3000 tahun dan meskipun
aku memberikan kekuatan
kepadamu seperti kekuatan yang engkau miliki,
lalu kamu terbang
seperti
yang telah kamu lakukan, nescaya kamu tidak
akan sampai kepada
sepersepuluh dari beberapa perpuluhan yang telah
kuberikan kepada
umat
Muhammad terhadap imbalan solat dua rakaat
yang mereka
kerjakan......"
posted by Mutmainnah @ 5:30 PM   0 comments
Syaitan Dibelenggu Di Bulan Ramadhan
Syaitan Dibelenggu Di Bulan Ramadhan
Hanya sebahagian syaitan dibelenggu sepanjang
Ramadan

SAYA terbaca hadis bermaksud ....pada
Ramadan semua pintu syurga terbuka dan semua
pintu neraka tertutup. Apakah yang dimaksudkan
dengan sabda Nabi Muhammad SAW ini.

Pada Ramadan semua syaitan dibelenggu, tetapi
mengapa pula sepanjang bulan mulia itu ada orang
Islam yang tidak berpuasa dan melakukan perkara
yang mungkar? Apakah kemaksiatan atau dosa itu
tidak ada campur tangan daripada syaitan?

JAWAPAN:


HADIS yang menyatakan bahawa syaitan
dibelenggu pada Ramadan adalah hadis sahih
yang diriwayatkan oleh sejumlah ulama hadis
seperti Imam Bukhari, Muslim, Ahmad dan Ibnu
Huzaimah.

Daripada Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda
bermaksud: Apabila Ramadan tiba, maka pintu
syurga akan dibukakan dan pintu neraka akan
ditutup serta syaitan akan dibelenggu." (Riwayat
Bukhari No. 1898 dan Muslim 1079)

Dibukanya pintu syurga dan ditutupnya pintu
neraka pada Ramadan... Ibnu Hajar dalam kitab
Fathul Bari menyebutkan ada beberapa
kemungkinan:

l Pertama, memang benar pintu syurga dibuka
selebar-lebarnya pada Ramadan dan pintu neraka
ditutup. Sehinggakan tidak ada orang yang
dimasukkan ke neraka selama sebulan itu. Inilah
yang memberikan semangat kepada hamba Allah
untuk memperbanyakkan amal sepanjang
Ramadan itu.

l Kemungkinan kedua, bahawa Allah membuka
kesempatan kepada hamba-Nya untuk taat
beribadah, yang mana taat itu menjadi penyebab
masuknya mereka ke dalam syurga.

Demikian juga dengan ungkapan ditutupnya pintu
neraka. Ia adalah gambaran daripada
dipalingkannya hamba Allah daripada keinginan
untuk melakukan maksiat, yang mana maksiatlah
yang akan membawa mereka ke neraka.

Dengan dipalingkan daripada maksiat, maka
seolah-olah pintu neraka tertutup pada Ramadan.

Mengenai dibelenggunya syaitan, ada beberapa
penjelasan daripada ulama mengenai maksud
perkataan Rasulullah bahawa syaitan dibelenggu
pada Ramadan:

1 Al-Hulaimi berpendapat yang dimaksudkan
dengan syaitan di sini adalah syaitan yang suka
mencuri berita dari langit yang terjadi pada waktu
malam Ramadan. Pada ketika turunnya al-Quran,
mereka dihalang melakukan hal itu kerana
dengan belenggu itu, maka syaitan tidak mampu
melakukannya.

2 Syaitan tidak berleluasa atau sewenang-wenang
mengganggu dan merosakkan manusia seperti
seperti biasa kerana umat Islam sibuk dengan
ibadah berpuasa, bersedekah, membaca al-Quran
dan berzikir.

3 Yang dibelenggu hanya sebahagiannya iaitu
syaitan yang membangkang seperti yang
dijelaskan dalam hadis daripada Abu Hurairah
bahawa Rasulullah bersabda: "Pada malam
pertama Ramadan, syaitan dibelenggu. Iaitu
syaitan yang membangkang. (Riwayat Ibnu
Huzaimah, Nasai, at-Tirmizi, Ibnu Majah dan Al-
Hakim)

4 Maksud dibelenggu adalah ungkapan
ketidakmampuan syaitan untuk menggoda dan
menyesatkan manusia.

Jadi mengapa masih ada kemaksiatan pada
Ramadan? Bukankah syaitan yang biasa
menggoda manusia telah dibelenggu?
Berdasarkan pengertian di atas, ulama memberi
empat jawapan:

5 Syaitan dibelenggu bagi mukmin yang
melakukan ibadah puasa dengan penuh
keikhlasan.

6 Hanya sebahagian syaitan yang dibelenggu, iaitu
syaitan yang membangkang seperti dijelaskan di
atas.

7 la juga boleh dimaksudkan berkurangnya
perbuatan kejahatan atau perilaku maksiat pada
Ramadan. Memang masih terjadi, tetapi tidak
sebanyak berbanding bulan lain.

8 Syaitan dibelenggu, namun ada beberapa
perangai manusia yang menyamai syaitan yang
menyebabkan masih berlaku perkara maksiat.
Kemaksiatan itu timbul kerana runtuhnya sifat
mulia manusianya, adat istiadat yang rosak dan
lingkungan masyarakat yang sudah bobrok yang
dilakukan oleh syaitan daripada golongan
manusia.



DIJAWAB Prof Madya Maznah Daud, pensyarah
syariah di UITM, Shah Alam, Selangor
posted by Mutmainnah @ 5:14 PM   0 comments
About Me

Name: Mutmainnah
Home:
About Me:
See my complete profile
Previous Post
Archives
Links
Powered by

Free Blogger Templates

BLOGGER

© ana Template by Isnaini Dot Com